Aliran-aliran seni rupa

Aliran atau corak atau gaya seni rupa adalah karakteristik bentuk lukisan atau gambar yang berdasar pada ciri-ciri tertentu. Aliran-aliran seni rupa yang ada di Indonesia sebenarnya merupakan pengaruh aliran-aliran seni rupa yang telah lebih dahulu ada dan berkembang di negara barat terutama di Prancis, Itali, Belanda dan negara-negara eropa lainnya.

Aliran-aliran yang muncul berakar dari bentuk seni rupa yunani yang individualis. Pada abad 15 sampai 20 tumbuh aliran-aliran seni rupa di eropa. Aliran-aliran yang ada tumbuh dan berkembang tidak hanya disebabkan karena stagnasi aliran yang ada namun ada yang merupakan kontra ekspresi maupun pengembangan dari aliran yang terlebih dahulu ada. 

Aliran-aliran seni rupa pada abad ke-15
Berikut ini adalah aliran-aliran seni rupa yang ada dan berkembang pada kisaran abad ke-15, namun masih dapat kita rasakan keberadaannya dan perkembangannya sampai saat ini; 

1. Aliran Klasikisme. 

Aliran klasikisme merupakan gaya/corak karya seni yang memiliki standar ideal dalam visualisasi obyeknya.

Aliran seni lukis ini muncul di Prancis pada abad ke-19 kemudian menyebar kenegara-negera sekitarnya seperti jerman dan belanda yang berpusat di lingkungan istana dan gereja. Ciri khas aliran klasikisme adalah penggambaran obyek terkesan seolah dibuat-buat atau dilebih lebihkan, obyek yang dibuat berasal dari penggambaran para bangsawan maupun dari lingkungan gereja. Tampilan keseluruhan terkesan elok, indah, elegan, manis dan sopan.

tokoh aliran klasikisme 
Leonardo Da Vinci (1452 - 1519)
Michel Angelo (1475 - 1564)
Bartholome (1617 - 1682)
Jaques Lovis David ( 1974 - 1825 )
Jan Ingles ( 1780 - 1867 ) 

Aliran Neo Klasikisme

adalah gerakan untuk mempertegas kembali aliran klasikisme, yaitu aliran baru yang meningkatkan segala aspek pada aliran klasikisme.

Aliran Neo Klasikisme ini muncul pertama kali di Prancis yaitu pada awal Revolusi Perancis pada sekitar tahun 1789, itulah yang menjadi titik akhir kekuasaan feodalisme di Perancis yang sangat berpengaruh pada perkembangan kebudayaan dan aliran seni di dunia. Revolusi Perancis ini tidak hanya merubah tata politik, tata sosial, tetapi juga berpengaruh pada bidang kesenian. Salah satunya yaitu pengaruh raja atas perkembangan seni telah berakhir. Hal lain yang juga menguatkan ialah pengaruh gereja terhadap penciptaan seni telah melemah. Hubungan gereja dengan seniman tidak lagi terjalin kuat. Di samping itu, muncul pengelompokan dalam kehidupan budaya yaitu kelompok seniman, industriawan, ilmuwan, pekerja dan buruh pabrik.

Mengenai klasifikasi aliran Neo-Klasikisme dalam sejarah seni rupa, terdapat perbedaan pendapat diantara pada ahli. Kadang-kadang aliran Neo-Klasikisme dianggap sebagai bagian dari aliran Romantikisme. Namun pada dasarnya terdapat perbedaan di antara kedua aliran tersebut.

Ciri - ciri :
Nuansa perang yang berlebihan
Bentuknya seimbang dan harmoni
Serta batasan warna bersifat bersih 
Tokoh - Tokoh : 
Jacques Louis David Watte
Jean-Auguste-Dominique Ingres
Angelica Kauffman
Girodet
Thomas Jefferson 
 
2. Aliran Romantisme 
Aliran romantik ditandai oleh kontras cahaya yang tegas, kaya dengan warna dan komposisi yang hidup.

Perbedaan aliran romantik dengan klasik terlihat pula dari pengambilan tema. Aliran romantik senantiasa memilih kejadian-kejadian dahsyat sebagai tema, penuh khayal dan perasaan, petualangan,atau tentang kejadian-kejadian masa lampau atau tentang hikayat negeri-negeri timur yang fantastis. aliran ini lebih menekankan pada rasa emosional pada sifat dan tingkah laku manusia dari pada sifat yang rasional.

 Pelukis romantik yang terkenal adalah Theodore Gricault ( 1791-1824 ) dan Eugene Delacroix ( 1798-1863 ). Mereka senantiasa melukiskan kejadian-kejadian yang dahsyat, kegemilangan sejarah serta pristiwa-pristiwa yang sangat menggugah perasaan.

Pelukis Indonesia yang terpengaruh oleh aliran ini adalah R. Saleh Syarif Bustaman. 

3. Aliran Impresionisme, karya seni lukis impresionis lebih menitik beratkan perhatian pada kesan warna kilasan cahaya yang dipantulkan benda-benda yang di lukis. Jadi yang utama pada seni lukis impresionisme adalah kemampuan mewujudkan kilasan cahaya warna dengan cepat, sehingga lukisan impresionis umumnya merupakan penggambaran obyek yang terbentuk dari sekumpulan warna-warna dari kesan cahaya yang ditangkap oleh indra perupa. 

Kata “impresionis” sebenarnya merupakan ejekan kritikus pada lukisan Claude Monnet (1840-1926) yang dipamerkan di paris pada tahun 1874. lukisan Claude Monnet menggambarkan bunga teratai dalam suasana pagi hari. Warna-warnanya lembut, bentuk-bentuknya tidak tegas kekabur kaburan oleh cuaca dan embun pagi.    Karya monet ini ditolak oleh sebagian besar kritikus dan dicap sebagai Impresionisme (terlalu mengesankan pandangan biasa), sebagai ungkapan yang menghina. Namun Monet sebagai pelopor impresionis tetap meneruskan gaya lukisan yang di hina oleh sebagian kritikus. Ia melukis pandangan alam, kesibukan kota dan lai-lain dengan menitik beratkan pada kesan yang tercipta dari perubahan cuaca.

Aliran ini didukung oleh pelukis-pelukis prancis lainnya yang terkenal, seperti Eduard Manet (1832-1883), Edgar Degas (1834-1971), Aguste Renoir (1841-1919) serta masih banyak lagi. 

4. Aliran Neo Impresionisme 

Aliran ini adalah kelanjutan perkembangan dari aliran impresionisme. Ditemukannya teori spektrum warna cahaya memberi inspirasi bagi pelukis signac untuk berteori bahwa suasana selalu dipengaruhi oleh spektum yang berubah-ubah. 

Pendapat ini melahirkan cara melukis yang lain dari biasa. Jika biasanya orang melukis mencampurkan cat atau warna diatas palet terlebih dahulu, baru kemudian disapukan diatas kanvas, maka cara baru ini menempatkan langsung warna-warna secara berdekatan antara satu dengan yang lain. Cara ini dinamakan Divisionisme.

Makin kecil petak-petak warna, sehingga menyerupai titik, maka dinamai pointilisme. Dari perkembangan teknik pewarnaan divisionisme memunculkan aliran seni lukis yang disebut pointilisme. Semua teknik pewarnaan yang ada bertujuan untuk membuat efek cahaya yang kuat. Aliran ini secara garis besar disebut luminisme, yaitu neo impresionisme.

Pelukis yang beraliran Neo impresionisme dengan teknik luminisme ataupun pointilisme yaitu George Saurat (1859-1891) dan paul signac (1863-1935). Ada juga seniman neo impresionisme yang bernama Paul Gauguin (1848-1903) dan paul Cezane (1839-1906) yang menganut teori warna cahaya namun tidak mempraktekkan divisionisme atau pointilisme. 

5. Aliran Realisme 

Sesuai dengan artinya, realisme adalah aliran seni rupa yang melukis berdasarkan kenyataan Real. 

Setelah melihat bahwa aliran seni rupa sebelumnya yang melukiskan bentuk dan tema khayalan, para seniman kenudian berusaha kembali melihat kenyataan dengan melukiskan kondisi masyarakat secara apa adanya. Yang diungkapkan terutama tentang kepahitan hidup, diskriminasi status sosial ataupun masyarakat yang tertindas.

Pelukis realisme yang terkenal adalah George hendrikbreiner (1857-1923), sedangkan pematung yang terkenal adalah Agustin Rodin dari Prancis, sedangkan tokoh realisme yang ada di Indonesia antara lain S Sudjojono. 

6. Aliran Simbolisme 

Simbolisme lahir dari pemikiran bahwa agama bukan saja penting untuk hidup, namun dapat pula menjadi faktor yang berpengaruh pada kegiatan berkesenian. Aliran ini lahir dari kegelisahan seniman yang merasa bahwa karya seni tidak hanya lahir dari kenyataan lahiriah saja namun harus pula diselami melalui pergolakan bathiniah yang kemudian dituangkan ke atas kanvas. Aliran simbolisme adalah aliran yang mengungkapkan bentuk ekspresi seni melalui bentuk tidak langsung atau melalui lambang yang mempunyai daya pengaruh tertentu. Seniman yang terpengaruh dengan faham aliran simbolisme diantaranya adalah william Blake dari inggris (1757-1827). 

Karya simbolisme pada umumnya melukiskan pergolakan batin yang menghadapi berbagai perasaan, seperti kegelisahan, pesimisme, kemurungan yang banyak juga dipersonifikasi. Simbolisme yang dibawa menuju bentuk yang sederhana mewujudkan hiasan atau perlambang. 

B. aliran-aliran seni rupa pada abad ke-20 

Aliran-aliran seni rupa (lukis) yang tumbuh pada kisaran abad ke-20 sebenarnya merupakan lanjutan dari perkembangan seni lukis pada kisaran abad ke-19. Aliran-aliran tersebut adalah; 

1.Fauvisme 

Istilah ini berasal dari bahasa prancis Des Fauves yang berarti binatang liar.

Pelopor aliran fauvisme ini adalah Henri Matisse. Syarat dalam penikmatan karya fauvisme hendaklah mengenyampingkan apa yang di maksud dengan lukisan itu. Kita tidak perlu mencari kesungguhan isi atau sesuatu yang mengandung pengertian sebab mereka berkarya seni karena mereka cintai berkarya seni. Mereka berkarya seni (lukis) apa saja yang mereka sukai. Begitu juga dalam bentuk obyek, warna mereka melukiskannya semaunya, bahkan kalau perlu bentuk-bentuk akan diberi garis penggir (out line) secara tegas. 

Keliaran pada karyakarya fauvisme terlihat pada warna-warna dan garis-garis yang memang menjadi tujuan utama.

Karakter abad ke-20 terlihat diwakili oleh faham fauvisme. Manusia senantiasa tidak puas dengan apa yang telah dierolehnya dan senantiasa mencari sesuatu yang baru dan diharapkan akan lebih memuaskan, sehingga keadaan itu selalu dalam keadaan berproses. 

2. Kubisme 

Istilah kubisme berasal dari pelukis Fauvisme Henri matisse, ketika ia melihat lukisan George Braque, ia berkata dengan maksud mencela lukisan tersebut sebagai “top de Cubisme”, terlalu berbentuk kubis.

            Aliran kubisme mempunyai ciri-ciri bentuk-bentuk obyek dilukiskan menjadi bentuk-bentuk dasar kubistik. Pada perkembangannya ada dua jenis kubisme.

Pertama, Kubisme Analitik (analitikal Cubistik), pada bentuk ini setiap obyek di pecah menjadi kubus-kubus yang menyerupai susunan balok-balok dalam bentuk-bentuk yang kesannya semacam patung yang berkesan tiga dimensi.

Kedua,  Kubisme sintetik ( syntetikacal Cubism ) setelah obyek dipecah dalam bentuk dasar, kemudian dibentuk kembali pada suatu struktur yang kemungkinan mirip atau tidak terhadap obyek semula. Setelah itu obyek dilukis secara realistis dalam susunan komposisi tertentu. Kesan lukisan ini akhirnya menjadi dua dimensional. 

3. Futurisme 

Pada tahun 1909 berkembang aliran futurisme sebagai reaksi terhadap sifat struktural kubisme yang statis. Reaksi terhadap aliran kubisme mengeluarkan pernyataan yang di kenal sebagai manifesta futurista, yaitu suatu pernyataan mengenai pandangan hidup baru  yang beranggapan bahwa kehidupan haruslah diangkat setinggi tingginya oleh kegiatan dan tenaga yang luas. 

Seniman penganut aliran ini berpendapan bahwa karya seni harus memperlihatkan gerak. Bukan gerak biasa namun gerak yang mengandung kecepatan. Sehingga hasil karya yang dihasilkan aliran futurisme mengesankan suatu gerak yang mengandung kecepatan.

Seniman-seniman yang terkenal dari aliran ini adalah pelukis Itali Carlo Carra dan Buido Severini. Tujuan kaum futurisme adalah untuk memperoleh suatu masyarakat di kemudian hari dengan cara revolusioner; cepat, penuh gerak dan dinamis. 

4. Absolutisme 

Aliran absolutisme membuang sama sekali bentuk alam. Menurut faham ini, seni lukis haruslah secara murni merupakan kesatuan dari warna-warna, garis-garis dan bidang-bidang. Pelopor aliran ini adalah wassily kadinsky

Aliran absolutisme pada perkembangannya menghasilkan beberapa sempalan aliran yakni Esensialisme dan Elementarisme. 

Esensialisme mempunyai pendapat yang berlawanan dari aliran futurisme yang mengutamakan gerak. Aliran esensialisme menghasilkan karya-karya yang datar dan abstrak, terdiri dari garis-garis tegak dan melintang. Pedoman mereka, hukum-hukum kosmos sdslah keserasian alam semesta. Dan gerak adalah suatu gangguan yang melintas. Tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Piet Modrian (1872-1945).

Pada perkembangannya aliran ini disebut juga aliran seni rupa/ lukis abstrak.

Elementarisme berlawanan dengan esensialisme. Mereka lebih mendekati aliran futurisme namun dengan bentuk pengungkapan yang abstrak seperti aliran esensialisme. Sehingga karya-karya aliran elementarisme sesungguhnya adalah lukisan garis-garis miring yang membagi bidanng-bidang gambar. 

5. Ekspresionisme 

Aliran ini bermaksud mengungkapkan perasaan-perasaan dan penderitaan bathin yang timbul dari pengalaman diluar, yang ditanggapi tidak hanya dengan panca indra tetapi juga dengan jiwa. Aliran Ekspresionisme secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu bentuk pengungkapan emosi seseorang melalui media seni (lukis) dengan bentuk dan warna yang telah ditafsirkan sedemikian rupa sesuai tanggapan dan keinginan seniman.

Yang dianggap pelopor atau “bapak “ ekspresionis adalah Vincent Van Gogh. Di Indonesia seniman yang dianggap sebagi pelopor ekspresionis adalah Affandi. 

6. Dadaisme 

Aliran dadaisme lahir dengan maksud mengimbangi aliran kubisme dan ekspresionisme. Aliran ini menampilkan bentuk lukisan yang kekanak-kanakan. Kadang lucu menggelikan, bombastis, naif tetapi mencerminkan keindahan kanak-kanak yang murni. Nama dadaisme diambil dari ucapan anak kecil yang belum bisa bicara. Pelopr aliran ini adalah paul klee dan kurt scwitters. 

7. Surealisme 

Aliran surealisme dalam mengungkapkan bentuk-bentuk karya berpedoman pada penggambaran bentuk nyata yang khayali. Mereka berpendirian bahwa kemanusian yang sesungguhnya terletak pada di dalam bathin yang tersembunyi atau alam bawah sadar, merujuk pada teori psikoanalisis Freud.

Menurut corak/bentuknya, terdapat dua penggolongan ungkapan surealisme, yaitu; 

1. Surealisme Fotografis ; bentuk obyeknya masih terlihat dapat dikenali meskipun dalam bentuk penggambaran yang tidak wajar atau alami terkesan bernuansa alam impian atau bawah sadar. Penggambarannya memerlukan penguasaan teknik realis yang tinggi. Tokoh aliran ini diantaranya adalah Salvador Dali, Max Erns, odilon redon dan Marc Chagall. Di Indonesia aliran surealisme berkembang pesat di daerah Batu, Malang Jawa Timur. 

2. Surealisme Amorphic ; aliran ini tidak bersumber pada ingatan sebagai “ tempat obyek” aliran ini lebih mengesankan pada nuansa yang gelap, tertekan dengan bentuk-bentuk obyek yang cenderung terkesan abstrak. Beberapa seniman aliran ini diantaranya adalah Joan Miro (spanyol) dan Andre Masson (prancis). 

8. Pop Art 

Pop Art yang berasal dari kata popular art merupakan sebuah aliran seni yang memanfaatkan simbol-simbol dan gaya visual yang berasal dari media massa yang populer seperti koran, majalah, iklan, televisi, komik. Aliran ini mulai berkembang di Amerika dan Inggris sekitar tahun 1960-1970. 

Pop art pada dasarnya berasal dari istilah Popular Culture, yaitu sebuah ungkapan untuk menggambarkan sebuah budaya rendah karena lebih berkaitan dengan masalah hiburan, komersial bahkan selera masyarakat awam.

Beberapa ciri karya pop art ;(1). difungsikan sebagai media iklan,  (2). menggunakan tehnik pewarnaan plakat/blok dan out line, (3). mengangkat kembali gaya art deco/art nouveau, (4). warna yang digunakan cenderung warna warna kontras dan (5). mempunyau karakter bentuk karya poster 

9. Optik Art 

Optic Art adalah jenis karya seni yang memanfaatkan unsur-unsur seni rupa yang ditata sedemikian rupa sehingga menimbulkan ilusi visual tertentu. Pada  umumnya seni optic bersifat abstrak, formal dan eksak.

Tokoh seniman optik yang sering dinamakan sebagai Bapak Seni Optik ialah M.C.Escher. Dia adalah seorang seniman grafis dari Belanda.

Secara umum corak-corak karya yang ada pada abad ke 19 maupun  abad 20, merupakan perjalanan kreativitas kebaruan pengembangan karya seni dan pada perkembangannya menjadi dasar dan semangat inspirasi bagi perkembangan corak dan ragam bentuk hasil karya seni rupa yang  berkembang beraneka ragam pada masa kini.



Post a Comment